PihakPondok Modern Gontor pada Senin, 6 Juli 2020 juga menerima surat dari Sekda Ponorogo sebagai tindak lanjut dari santri yang dinyatakan positif tadi. "Tracing terhadap teman satu kamar, satu
Suasana Pendaftaran Santri Gontor PutriPos 1Pos 2Kamar Pondok Pesantren Gontor PutriKamar SantriAtmosfer KamarSuasana di Kamar SantriPendidikan dari KamarRelated News Untuk artikel saya kali ini akan membahas tentang Kamar Pondok Pesantren Gontor Putri 1 sebagaimana judul yang kami sajikan diatas, untuk pokok bahasan kali ini masuk dalam kelompok kamar pondok pesantren gontor putri 1 , karena setiap bahasan kami kelompokan dengan sub masing-masing. Suasana Pendaftaran Santri Gontor Putri Pembukaan Pendaftaran Santriwati Baru Di Gontor Putri 2 Gontor Masa pendaftaran calon santriwati sudah masuki hari ke 3, tetapi peminatnya masih belum surut. Kabarnya sih jumlah yang daftar sampai hari Sabtu 1/7/2017 atau hari ke 3 pendaftaran sudah mencapai sekitar Berarti sampai pas penutupan masa pendaftaran nanti tanggal 15 syawal atau 13 Juli 2017, jumlah pendaftar bisa di atas Tapi kata ustadz waktu aku ikut pengarahan calon santriwati biasanya calon santri yang mendaftar mencapai sekitar Jadi bisa dibayangin kan gimana banyaknya? Nah ini ada tips buat yang baru siap-siap daftar. Ini cuma pengalaman aku pas mendaftar kemarin. Siapa tahu ada manfaatnya. Proses pendaftaran calon santriwati Gontor ternyata tidak sesimpel yang aku pikirkan sebelumnya yaitu cukup datang ke meja pendaftaran, serahin berkas-berkas, bayar administrasi, trus selesai deh daftar jadi santriwati. Ternyata prosesnya tidak sesederhana itu kawan. Sebelum resmi menyandang predikat calon santriwati, calon pendaftar harus melewati dan menyelesaikan sekitar 9 tahapan. Tahapan-tahapan itu dibagi menjadi 9 pos. Pos 1 Pos 1 ini adalah tempat pembagian formulir pendaftaran. Ingat! pembagian formulir, bukan pengambilan formulir. Ada petugas/santriwati senior yang membagikan formulir pendaftaran ke masing2 calon santri, bukan dibagikan ke orang tua atau calon wali santriwati yaa.. Tetapi sebelum formulir dibagikan, seluruh calon santriwati dan orang tua/calon wali santriwati wajib mengikuti pengarahan dari ustadz/ustadzah terlebih dahulu. Tanpa ikut pengarahan, tidak berhak mendapatkan formulir pendaftaran. Agak serem juga kan peraturannya hehehe. Pos 2 Setelah selesai proses di Pos 1 Pesantren ini populer dengan aplikasi patuh kemampuan bahasa asing Arab serta Inggris kaderisasi serta jaringan alumni yang amat kokoh. Sarana pesantren Gontor bagi kita simpel. Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo PMDG ataupun lebih diketahui dengan Pondok Modern Gontor merupakan salah satu pondok pesantren yang terdapat di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Kamu penasaran dengan atmosfer Kamar Pondok Pesantren Gontor Bila iya, hingga Kamu amat pas mendatangi postingan kita ini. Di postingan ini kita hendak sedikit membahas hal profil pendek serta atmosfer kamar yang hendak santri rasakan sepanjang jadi santri di salah satu pondok yang berumur berumur ini. Kamar Santri Dalam penjatahan kamarnya, Pesantren Gontor mempraktikkan system penjatahan kamar bersumber pada angkatannya. Dalam sebutan Gontor penjatahan itu dengan Rayon. Buat santri terkini esoknya hendak merambah Rayon Sigor Terkini, kategori 2 serta kategori 3 menaiki Rayon Sigor. Setelah itu kategori 4 serta kategori 3 intensif hendak menaiki Rayon Melambaikan. Ada pula kategori 5 serta 6 hendak menaiki kamar cocok jabatannya dalam aspek kepengurusan santri. Tiap rayon esoknya mempunyai sebagian kamar, yang mana tiap kamar ditempati dekat 20 santri. Hal dimensi kamarnya tidak sangat besar serta tidak sangat kecil. Setelah itu sarana yang terdapat di dalam kamar juga dapat dikatakan ala kadarnya, apalagi amat jauh berlainan dari kamar yang terdapat di pesantren modern pada biasanya. Buat kasurnya, santri cuma memakai tipe kasur semacam Kasur Palembang yang dapat dibilang lumayan pipih. Tidak terdapat ranjang bersusun semacam pesantren modern mayoritas. Karenanya dikala dalam posisi tidur di malam hari, santri semacam terletak di dalam kamp pengungsian korban musibah alam. Tidak terdapat kipas angin, kamar mandi dalam ruangan, AC, ataupun sarana elegan yang lain. Sangat tidak tiap santri cuma memperoleh sarana lemari yang tidak sangat besar. Hal kamar mandinya, bagian ini terdapat di bagian balik tiap rayonnya. Wujud kamar mandinya berbanjar semacam kamar mandi yang terdapat di langgar serta SPBU. Tidak terdapat sarana elegan semacam shower, kolam tidur, air hangat, dan lain- lain. Seluruhnya amat simpel. Apalagi sering- kali sebagian kamar mandinya didesain dengan memakai satu kolam buat seluruh kamar mandi. Setelah itu di dekat kamar mandi, ada ruangan buat membersihkan serta tempat menjemur busana. Umumnya para santri hendak membersihkan bajunya dengan cara berjamaah pada hari Jumat. Perihal ini disebabkan hari Jum’ at ialah hari independensi untuk para santri. Ada pula untuk santri yang berat kaki membersihkan, hingga dapat memakai pelayanan laundry yang dikoordinir oleh pengasuh. Atmosfer Kamar Sebab agendanya yang amat padat berkerumun semacam kemacetan di Jakarta, hingga kamar santri umumnya lebih kerap kosong dari di isi penghuninya. Para santri lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kamar. Bagus itu di dalam kategori, langgar, alun- alun, sanggar music, serta tempat penataran yang lain buat melaksanakan cara penataran. Dapat dibilang amat sedikit sekali durasi senggang untuk para santri, sebab itu umumnya para santri hendak menggunakan benar durasi senggang yang terdapat selaku durasi buat beralih ke alam mimpi. Walaupun cuacanya amat panas serta tidak terdapat kipas angin ataupun AC di dalamnya, para santri hendak tertidur dengan nyenyak. Perihal ini pasti sebab lelahnya mereka dalam peperangan menelaah ilmu. Tau kan ya, gambar ini burem, emang ngga boleh bawa alat lelektronik Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak tentu luasnya. Tergantung desain gedung. Ada yang seperti aula, ada juga yang kecil hanya ukuran sekitar 4 x 7. Tapi rata-rata kalau pengalaman kami sekitar 5 x 8. Ada yang lebih besar. Keadaannya adalah ruang kosong. Sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya pintu dan jendelanya lebar. Biasanya ada teralis besi, kalau di bagian belakang. Jadi kalau dibuka udara yang masuk sangat terasa. Barulah nati di kamar kosong ini ada almari santri dengan lebar sekitar 40 dengan tinggi meter. Jadi masing-masing dapat satu almari mini ini yang ditata dekat dengan dinding. Dengan luas kamar sekitar 40 meter persegi, biasanya diisi oleh 15 santri. Cukup ramai, jadi seru sekali berada satu kamar. Bersama-sama. Anggota kamar tidak ditentukan berdasarkan daerah, atau kelas. Semua dicampur menjadi satu. Nantinya santri akan tinggal di satu kamar ini selama satu semester. Melewati itu akan pindah lagi ke kamar yang lain dengan anggota yang berbeda-beda lagi. Selalu seperti itu. Sehingga teman santri Gontorsangat banyak. Yang paling banyak ditanyakan adalah, bagaimana mereka tidur? Di kamar ini tidak tersedia ranjang tingkat seperti pesantren-pesantren lainnya. Apalagi kamar mandi di dalam. Tidak ada. Untuk tidur menggunakan kasur lantai dengan tebal sekitar 15 cm. Tapi kasur tersebut hanya diletakkan di waktu malam saja, di waktu tidur. Selebihnya ditumpuk di sudut ruangan. Sehingga ruang kamar bisa untuk bergerak bebas. Dan memang ada aturan tidak boleh membentangkan kasur selain waktu tidur di malam hari. Juga ada aturan tidak boleh tidur selain malam hari. Kecuali hari libur atau memang sedang sakit. Suasana di Kamar Santri Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak selalu ditempati santri. Kalau waktu belajar di kelas kosong. Kalau waktu pagi, sore, hanya beberapa, bergantian, ada yang makan di dapur, ada yang sedang mandi. Mengaji Quran juga tidak di kamar, tapi di masjid atau depan asrama bersama-sama. Berjejer. Ketika itu kamar akan kosong. Pintu-pintu almari juga sudah pasti harus ditutup rapat. Waktu di mana semua santri berada di kamar lengkap adalah di malam hari. Sebelum masuk kamar akan diabsen satu persatu. Sehingga lengkap. Ketika itulah piket kamar akan merapikan kasur untuk bersiap tidur. Jadi selepas absen langsung rebahan. Selain santri, di dalam kamar ada yang namanya mudabbir, atau pendamping. Biasanya berjumlah 3. Intinya rasionya satu berbanding lima. Satu mudabbir memegang lima santri. Sehingga akan diawasi dengan baik. Mereka yang membangunkan, bahkan kalau malam hari ada yang belum tidur akan diminta untuk tidur. Pendidikan dari Kamar Di Gontor segala sesuatu adalah pendidikan. Begitu juga di kamar. Ada beberapa aspek pendidikan yang ditanamkan pada santri. Pertama belajar sosialisasi. Karena santrinya tidak berasal dari satu daerah, belajar menghadapi beragam karakter selama satu semester. Santri juga menjadi keluarga. Karena mereka akan merasakan hidup satu kamar bersama. Bahkan kalau ada yang sakit temannya yang mengambilkan makan, juga yang mengantar ke klinik. Sisi lain adalah organisasi. Setiap orang akan mendapatkan jabatan, mulai dari ketua kamar, sektretaris. Sampai tugas piket harian. Bahkan jadwal menjadi imam shalat dan adzan. Karena shalat subuh, dhuhur, ashar, dan isya memang di kamar. Sudah dikondisikan untuk pendidikan santri. Berikutnya adalah aspek pendidikan kehidupan. Kamar Pondok Pesantren Gontor yang sederhana mengajarkan kepada santri untuk hidup jauh dari kemewahan, bahkan lebih cenderung terbiasa hidup seadanya. Ini adalah pendidikan kepemimpinan. Terakhir santri di kamar melukiskan ceritanya masing-masing. Karena terkadang dihukum sama-sama bersama teman satu kamar. Terkadang ada orang tua yang datang, nantinya membagi makanan bersama-sama. Atau bahkan diajak makan bersama orang tuanya. Pokoknya senang susah sama-sama. Begitulah kamar pondok pesantren Gontor. Bagi yang nyantri di sini, pasti ingat teman satu kamarnya dan bagaimana menjadi saudara hingga selepas hidup di pesantren. DOWNLOAD
Oiya Gontor sendiri beda ya liburannya dengan sekolah-sekolah biasa. Pengalaman adik saya semester lalu, ketika di sekolah tempat saya mengajar sedang persiapan untuk ujian kenaikan kelas, di Gontor sudah mulai libur. Adik saya libur selama 50 hari, 4 hari terpotong untuk perjalanan pulang pergi.
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, sudah lebih dari tiga dekade berdiri. Berjarak sekitar 100 km dari Pondok Modern Darussalam Gontor PMDG Putra Kampus 1 Ponorogo, kampus putri 1 ini mulai dibuka oleh Pimpinan PMDG pada tahun ajaran 1410-1411 H. Menengok kembali sejarah awal berdirinya PMDG, jauh sebelum PMDG Putri Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur berdiri, penerimaan santri putri sebenarnya sudah dilakukan sejak awal Pondok Gontor Baru dirintis. Saudara sulung KH Imam Zarkasyi dan KH Zainuddin Fannani, yaitu KH Ahmad Sahal, melalui program pendidikan yang dirintisnya, baik santri putra maupun putri seluruhnya diterima untuk belajar di Pondok Gontor. Pada masa awal berdirinya PMDG, penyadaran terhadap pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama menjadi tujuan utama KH Ahmad Sahal mendirikan Tarbiyatul Athfal pada tahun kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan Kiai Ahmad Sahal, perkembangan demi perkembangan mulai menampakkan hasil. Pada tiga tahun pertama berdirinya Tarbiyatul Athfal, misalnya, para santri yang belajar mencapai 300 orang. Perkembangan selanjutnya terlihat ketika Pondok Gontor Baru berusia tujuh tahun, jumlah santrinya mencapai 500 santri putra dan putri. Selain itu jika pada masa awal berdirinya, Tarbiyatul Athfal masih terbatas pada aktivitas mengumpulkan anak-anak desa untuk mengajari mereka tentang cara membersihkan diri dan menutup aurat, dalam satu dasawarsa kemudian lembaga ini berhasil mencetak para kader Muslim dan mubaligh yang tersebar di sekitar ditangani para kader yang telah disiapkan secara khusus melalui kursus pengaderan, cabang-cabang Tarbiyatul Athfal mulai berdiri di desa-desa sekitar Gontor. Di samping membantu pendirian madrasah-madrasah Tarbiyatul Athfal, mutu Tarbiyatul Athfal di Gontor juga ditingkatkan agar lulusannya memiliki kemampuan yang memadai untuk ikut berkiprah membina beberapa Tarbiyatul Athfal cabang yang ada. Untuk itu pada tahun 1932 dibukalah jenjang pendidikan di atas Tarbiyatul Athfal yang diberi nama Sullamul Muta’allimin. Kehadiran Tarbiyatul Athfal dan Sullamul Muta’allimin telah menggugah masyarakat untuk Imam Zarkasyi, adik KH Ahmad Sahal, sekembalinya dari menuntut ilmu di berbagai pesantren dan lembaga pendidikan di Jawa dan Sumatera, pada tahun 1935 mulai ikut membenahi pendidikan di Pondok Gontor. Pada peringatan “10 Tahun Pondok Gontor”, tercetus nama baru untuk Pondok Gontor, yakni Pondok Modern Gontor. Kata “modern” ini sebutan dari masyarakat yang kemudian melekat pada Pondok Gontor yang nama aslinya “Darussalam” yang berarti “Kampung Damai”.Acara kesyukuran 10 tahun ini menjadi makin sempurna dengan diikrarkannya pembukaan program pendidikan baru setingkat Tsanawiyah dan Aliyah yang diberi nama Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah KMI pada 5 Syawwal 1355 H 19 Desember 1936. Program pendidikan baru ini ditangani oleh KH Imam Zarkasyi, yang pernah memimpin sekolah serupa di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Bersamaan dengan itu, program pendidikan untuk santri putri sementara ditiadakan hingga kampus putri yang lokasinya terpisah jarak 100 km dari PMDG kampus putra 1 berhasil satu guru PMDG yang pernah ikut serta dalam proses pembangunan PMDG putri, Ustadz Noor Syahid MPd, menjelaskan Gontor sama sekali tidak menolak santri putri. Jauh sebelum PMDG putri kampus 1 Mantingan, berdiri, sebenarnya PMDG sejak masa awal berdirinya sudah menerima santri putri pada tahun 1926-1936, yakni ketika PMDG masih menggunakan Tarbiyatul Athfal TA sebagai program Gontor Putri berdiri atas cita-cita Trimurti Pendiri Pondok Modern Gontor yang diwasiatkan pada generasi penerus. “Sebelum KMI yaitu ketika masih TA, di Gontor sudah ada santri putri. Setelah diganti menjadi KMI, santri putri sementara waktu diliburkan, hingga kampus putri yang jaraknya 100 km dari Pondok Gontor Putra didirikan. Setelah 54 tahun, akhirnya program pendidikan untuk santri putri dibuka di Mantingan, Ngawi,” ungkapnya kepada Majalah tahun 1990-an, saat kepemimpinan PMDG beralih ke generasi kedua, yaitu di bawah kepemimpinan KH Shoiman Lukmanul Hakim, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, dan KH Hasan Abdullah Sahal, eksistensi PMDG terus berkembang. Pada tahun 1990 misalnya secara bertahap pembangunan Pondok Cabang Gontor mulai dilakukan. Salah satunya dilakukan dengan mendirikan PMDG Putri kampus 1 di tanah wakaf dari keluarga besar H Anwar Shodiq di daerah Mantingan, Ngawi, Jawa lokasi tersebut rencananya digunakan untuk Fakultas Syariah Institut Pendidikan Darussalam sekarang Universitas Darussalam. Setelah beberapa kali musyawarah akhirnya diputuskan lokasi itu untuk pondok putri yang dibuka pada tahun 1990. Pendirian pondok putri ini juga didukung oleh usulan dari peserta silaturrahim Kiai Alumni PMDG dalam sidangnya pada Muharram 1410, dan usulan Musyawarah Besar Mubes IKPM V di PMDG pada 16-17 Rabiul Tsani mempersiapkannya diadakanlah beberapa kegiatan, antara lain pembangunan gedung sejak 26 September 1988, penyelenggaraan pesantren kilat bekerjasama dengan Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat PLMPM bagi para siswa SLTP/SLTA pada 24-31 Desember 1989, penetapan Direktur Kulliyatul Mu’allimat al-Islamiyyah KMI, para pendidik dan pengajarnya, pengadaan Pesantren Ramadhan Khusus Putri pada 1410, dan yang terakhir pembukaan pendaftaran santri baru pada Syawwal PMDG Putri sepenuhnya mengacu pada sistem pendidikan KMI PMDG Putra; baik dalam jenjang pendidikan maupun kurikulumnya, demikian pula dengan aktivitas dan program-programnya dengan penyesuaian pada muatan lokal dan penekanan pada pembekalan santriwati untuk menjadi wanita shalihah. Di luar kelas, santriwati mendapat bimbingan, pengajaran, dan pengembangan diri secara intensif oleh Pengasuhan Santriwati yang bertanggung jawab menangani berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang meliputi keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga, keterampilan, kesenian, akhlak, ibadah, nisaiyat, dan berbagai aktivitas keputrian aktivitas ini, dengan beberapa modifikasi dan inovasi, juga mengacu pada aktivitas yang diselenggarakan Pengasuhan Santri di PMDG yang tentu saja dengan beberapa penyesuaian untuk santri putri. Tepat pada 10 Syawwal 1410 5 Mei 1990 pendaftaran santriwati baru KMI PMDG Putri dibuka. Di awal berdirinya PMDG Putri menerima 298 siswi dari 308 pendaftar dan melibatkan 18 tenaga pengajar yang sekaligus berfungsi sebagai pengasuh dan pembimbing di dalam asrama. Baru kemudian pada 6 Dzulqa’dah 1410 31 Mei 1990, PMDG Putri diresmikan pembukaannya oleh Menteri Agama Republik Indonesia, H Munawir Syadzali perkembangan selanjutnya kebutuhan untuk asrama dan kelas terus meningkat seiring jumlah santriwati yang terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Kini, selain di Ngawi, kampus PMDG Putri juga ada di Kediri, Konawe Selatan, Poso, Lampung Timur, dan Riau. Hingga tahun 2021, selain terdapat kampus Universitas Darussalam Gontor di Siman, Ponorogo, Jawa Timur, dan kampus Pascasarjana Putri Universitas Darussalam Gontor di Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, PMDG memiliki 20 Pondok Cabang 12 Pondok Cabang Putra dan 8 Pondok Cabang Putri.“Hingga September 2021 jumlah santriwati yang belajar di PMDG Putri 1 sebanyak siswi, PMDG Putri 2 ada siswi, PMDG Putri 3 ada putri, PMDG Putri 4 ada 535 siswi, PMDG Putri 5 ada putri, PMDG putri 6 ada 295 siswi, PMDG Putri 7 ada siswi, PMDG Putri 8 ada 472 siswi,” beber Ustadz Noor Syahid. []
Belumpernah diterima menjadi santri KMI Gontor. Adapun syarat-syarat pendaftaran dan rincian biaya bisa dibaca melalui link web resmi Ponpes Gontor berikut : a. Perihal Ijazah SD-SMP Ini peraturan baru, beberapa tahun ke belakang masih diperbolehkan mendaftar dengan surat keterangan lulus dari sekolah.
Kamar pondok pesantren Gontor memang berbeda dengan pesantren-pesantren modern yang kini banyak berkembang, apalagi dengan boarding school yang mewah-mewah. Tapi banyak sekali yang penasaran. Oleh sebab itu kami akan menceritakan bagaimana keadaan atau suasana kamar santri pesantren Gontor Ponorogo. Kami pernah nyantri di sana selama beberapa tahun. Penjelasan kami lebih kepada pengalaman. Kondisi Kamar Santri Pesantren GontorFasilitas di Kamar Pondok Pesantren GontorSuasana di Kamar Santri Pendidikan dari Kamar Kondisi Kamar Santri Pesantren Gontor Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak tentu luasnya. Tergantung desain gedung. Ada yang seperti aula, ada juga yang kecil hanya ukuran sekitar 4 x 7. Tapi rata-rata kalau pengalaman kami sekitar 5 x 8. Ada yang lebih besar. Keadaannya adalah ruang kosong. Sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya pintu dan jendelanya lebar. Biasanya ada teralis besi, kalau di bagian belakang. Jadi kalau dibuka udara yang masuk sangat terasa. Barulah nati di kamar kosong ini ada almari santri dengan lebar sekitar 40 dengan tinggi meter. Jadi masing-masing dapat satu almari mini ini yang ditata dekat dengan dinding. Dengan luas kamar sekitar 40 meter persegi, biasanya diisi oleh 15 santri. Cukup ramai, jadi seru sekali berada satu kamar. Bersama-sama. Anggota kamar tidak ditentukan berdasarkan daerah, atau kelas. Semua dicampur menjadi satu. Nantinya santri akan tinggal di satu kamar ini selama satu semester. Melewati itu akan pindah lagi ke kamar yang lain dengan anggota yang berbeda-beda lagi. Selalu seperti itu. Sehingga teman santri Gontor sangat banyak. Fasilitas di Kamar Pondok Pesantren Gontor Yang paling banyak ditanyakan adalah, bagaimana mereka tidur? Di kamar ini tidak tersedia ranjang tingkat seperti pesantren-pesantren lainnya. Apalagi kamar mandi di dalam. Tidak ada. Untuk tidur menggunakan kasur lantai dengan tebal sekitar 15 cm. Tapi kasur tersebut hanya diletakkan di waktu malam saja, di waktu tidur. Selebihnya ditumpuk di sudut ruangan. Sehingga ruang kamar bisa untuk bergerak bebas. Dan memang ada aturan tidak boleh membentangkan kasur selain waktu tidur di malam hari. Juga ada aturan tidak boleh tidur selain malam hari. Kecuali hari libur atau memang sedang sakit. Suasana di Kamar Santri Kamar Pondok Pesantren Gontor tidak selalu ditempati santri. Kalau waktu belajar di kelas kosong. Kalau waktu pagi, sore, hanya beberapa, bergantian, ada yang makan di dapur, ada yang sedang mandi. Mengaji Quran juga tidak di kamar, tapi di masjid atau depan asrama bersama-sama. Berjejer. Ketika itu kamar akan kosong. Pintu-pintu almari juga sudah pasti harus ditutup rapat. Waktu di mana semua santri berada di kamar lengkap adalah di malam hari. Sebelum masuk kamar akan diabsen satu persatu. Sehingga lengkap. Ketika itulah piket kamar akan merapikan kasur untuk bersiap tidur. Jadi selepas absen langsung rebahan. Selain santri, di dalam kamar ada yang namanya mudabbir, atau pendamping. Biasanya berjumlah 3. Intinya rasionya satu berbanding lima. Satu mudabbir memegang lima santri. Sehingga akan diawasi dengan baik. Mereka yang membangunkan, bahkan kalau malam hari ada yang belum tidur akan diminta untuk tidur. Di Gontor segala sesuatu adalah pendidikan. Begitu juga di kamar. Ada beberapa aspek pendidikan yang ditanamkan pada santri. Pertama belajar sosialisasi. Karena santrinya tidak berasal dari satu daerah, belajar menghadapi beragam karakter selama satu semester. Santri juga menjadi keluarga. Karena mereka akan merasakan hidup satu kamar bersama. Bahkan kalau ada yang sakit temannya yang mengambilkan makan, juga yang mengantar ke klinik. Sisi lain adalah organisasi. Setiap orang akan mendapatkan jabatan, mulai dari ketua kamar, sektretaris. Sampai tugas piket harian. Bahkan jadwal menjadi imam shalat dan adzan. Karena shalat subuh, dhuhur, ashar, dan isya memang di kamar. Sudah dikondisikan untuk pendidikan santri. Berikutnya adalah aspek pendidikan kehidupan. Kamar Pondok Pesantren Gontor yang sederhana mengajarkan kepada santri untuk hidup jauh dari kemewahan, bahkan lebih cenderung terbiasa hidup seadanya. Ini adalah pendidikan kepemimpinan. Terakhir santri di kamar melukiskan ceritanya masing-masing. Karena terkadang dihukum sama-sama bersama teman satu kamar. Terkadang ada orang tua yang datang, nantinya membagi makanan bersama-sama. Atau bahkan diajak makan bersama orang tuanya. Pokoknya senang susah sama-sama. Begitulah kamar pondok pesantren Gontor. Bagi yang nyantri di sini, pasti ingat teman satu kamarnya dan bagaimana menjadi saudara hingga selepas hidup di pesantren. Post Views
TRIBUNJAKARTACOM, PONOROGO - Dinas Kesehatan Ponorogo menyampaikan kabar gembira menyusul 13 santri Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2 sembuh dari Covid-19. Satgas Covid-19 Pondok Modern
Pondok pesantren Darussalam Gontor, atau yang dikenal sebagai pesantren Gontor adalah salah satu pesantren yang paling dicari di dunia maya. Padahal, pesantren Gontor bukanlah pesantren tertua di Indonesia, berdiri baru 1926, kalah dengan Sidogiri atau yang lainnya. Pesantren Gontor juga bukan pesantren dengan santri paling banyak, atau pesantren dengan cabang paling melimpah. Gontor juga bukan pesantren paling mewah, tidurnya masih pakai kasur tipis di lantai. Tapi kami menemukan ada 7 hal terbaik yang bisa ditemukan di salah satu pesantren terbaik di Jawa Timur ini. Di Bawah Naungan Badan WakafTidak Pandang BuluFasilitas Sederhana Pesantren GontorDisiplin Sangat TinggiKemandirian Ekonomi MumpuniSantri Super KreatifBiaya Murah Pondok Pesantren GontorJodoh Sesama GontorSilakan Isi di kolom komentar sesuai pengalaman Di Bawah Naungan Badan Wakaf Kebanyakan pondok pesantren berada di bawah naungan yayasan, bahkan terkadang yayasan pribadi. Maka efeknya adalah masuknya kepentingan keluarga ke dalam pondok pesantren tersebut. Bisa dibuktikan kalau ke pesantren-pesantren biasanya tidak satu induk kepengurusan, ada pondok-pondok kecil dalam satu komplek. Pesantren Gontor sejak dulu sudah diwakafkan kepada umat Islam. Artinya tidak ditentukan oleh satu kepentingan besar. Ada badan wakaf yang menaungi pimpinan pondok pesantren Gontor. Maka pimpinan Gontor terdiri dari 3 orang. Bukan satu orang dominan. 3 orang itu saling melengkapi. Masing-masing memiliki tanggung jawab. Komposisinya pun bukan semuanya keluarga. Dari tiga pimpinan pondok, hanya dua saja yang bagian dari pendiri. Itu pun jika ada khilaf, atau menyalahi aturan, Badan Wakaf sebagai badan tertinggi selalu mengingatkan. Dari sinilah mengapa banyak pihak yang percaya dengan pondok pesantren Gontor. Karena conflict of interest-nya kecil. Pendidikannya pun tidak pernah berubah sedari dulu tidak diakui ijazahnya, hingga sekarang ijazahnya sudah mulai diakui oleh pemerintah. Sehingga pesantren Gontor juga masuk dalam salah satu pesantren terbaik di Indonesia. Tidak Pandang Bulu Pesantren Gontor sebenarnya gudangnya santri dari anak tokoh berpengaruh di Indonesia. Dari menteri hingga pengusaha besar. Dari kepolisian, TNI, hingga rakyat biasa. Bahkan berbagai ormas di Indonesia. Tapi anehnya semua diperlakukan sama. Meskipun kepada keturunan pendiri pondok pesantren pun perlakuannya sama. Contoh, ketika pendaftaran, ada anak pendiri pesantren Gontor, Ust. Ridho Zarkasyi, beliau mendaftarkan sendiri santrinya di pondok putri. Bahkan memanggul kasur anaknya. Di Gontor itu menjadi pemandangan biasa. Ketika mendaftar pun tetap harus antri. Sehingga banyak tamu yang menaruh hormat. Indahnya Kampus UNIDA Gontor Ponorogo Fasilitas Sederhana Pesantren Gontor Fasilitas pesantren Gontor menurut kami sederhana. Meskipun sekarang zamannya boarding school yang super mewah, biaya masuk sampai lima puluhan juta, pesantren Gontor tetap seperti dulu, pakai kasur tipis, semua tidur di lantai, makan antri, mandi antri, semua serba antri. Kamar pesantren Gontor Putri dan Putra tidak jauh berbeda. Kalau telat dihukum. Jangan dibayangkan atau dibandingkan sama pendidikan yang mewah-mewah. Pendidikan di Gontor sangat sederhana. Satu kamar berisi 15-30 orang. Bahkan kelas pun masih kelas berisi 40 orang saat lembaga pendidikan lain membanggakan kelas dengan siswa sedikit. Makan juga tidak begitu enak, pakai sayur, kadang dengan kerupuk, atau memakai sambal saja dengan nasi. Belum lagi dilihat dari cara berpakaian, semua sama. Di Gontor masuk kelas tidak memakai seragam, yang penting kemeja polos. Tapi dari hal itu Anda tidak bisa membedakan mana orang kaya dan mana orang yang sok kaya. Semua terlihat sama. Sehingga persahabatan di Gontor benar-benar natural. Walaupun kaya, tidak banyak gaya karena aturannya memang demikian. Disiplin Sangat Tinggi Inilah yang membuat santri pesantren Gontor dikenal punya daya tahan tinggi. Kedisiplinan di Gontor sangat tinggi. Anda akan menemukan satu waktu pondok pesantre Gontor sangat sepi sekali, tapi satu waktu lain akan sangat ramai, semua tergantung waktu yang cukup ketat. Makan pun hanya disediakan waktu setengah jam untuk jumlah 3500 santri. What? Jangan dibayangkan bagaimana cepatnya mereka berjalan dan makan. Setiap kesalahan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dari hukuman paling ringan, atau diskors selama satu tahun ajaran, atau bahkan diusir dari pesantren, pulang selama-lamanya. Diberdirikan di depan aula di bawah terik matahari menjadi pemandangan yang sering dilihat. Lagi-lagi disiplin ini tidak pandang bulu. Kalau Anda mengadu, memohon untuk dianulir hukuman, pasti jawabannya, “Bawa pulang saja anak ibu. Mungkin kami belum mampu mendidik dengan segala kekurangan,” Nah loh, jadi orang tua langsung bingung. Maka ada istilah, masuk Gontor mudah, tapi bertahan di Gontor susah. Setiap santri seperti dipanggang, digencet sana sini dengan beragam tekanan. Sedikit lembek, pasti pengin pulang. Calon Pelajar Pondok Pesantren Gontor Kemandirian Ekonomi Mumpuni Pesantren Gontor dikenal memiliki kemandirian ekonomi yang cukup baik. Memiliki banyak unit usaha dalam segala bidang, dari toko buku hingga toko bangunan. Uniknya Pesantren Gontor tidak bergerak dalam bidang-bidang spekulatif, bisnisnya tergolong yang aman, seperti pom bensin dan lain sebagainya. Armada bus pun banyak, hingga apotek dimilikinya. Pesantren Gontor memiliki prinsip ekonomi protektif. Yang artinya dalam sudut pandang kami adalah uang sebisa mungkin tidak banyak keluar ke pihak lain. Tapi berputar dalam lingkaran pesantren. Santri pun harus belanja di toko yang dimiliki oleh pesantren. Maka perputaran uang pun berputar sangat cepat. Uniknya lagi, tidak ada ATM Bank berada dalam pondok pesantren. Pesantren Gontor tahu filosofi bankir, sehingga menghindarinya. Oleh sebab itu pesantren ini tidak tergantung kepada yang lain. Bahkan jika ada yang memberikan bantuan namun memiliki syarat tertentu, sudah pasti akan dikembalikan. Hal ini pula yang menjadikan filosofi pendidikan Gontor tidak pernah banyak berubah dari berdiri hingga saat millenial seperti sekarang. Santri Super Kreatif Pesantren Gontor dikenal membebaskan santrinya untuk menekuni bakat yang dimiliki. Istilah zaman sekarang adalah passion. Semua disediakan sarana dan prasarana agar bakat santri berkembang. Dari sains seperti matematika, sampai seni seperti menciptakan lagu. Di Gontor studio musik memiliki fasilitas yang standard nasional. Bahkan videography pun, seperti membuat film pendek dipersilakan, ada studio khusus dan menghasilkan banyak video-video kreatif. Pimpinan pesantren KH. Hasan Abdullah Sahal juga dikenal sebagai seorang musikus, pemain gitar, sehingga memahami bahwa seni adalah bahasa. Maka banyak alumni Gontor yang menekuni beragam macam bidang. Seperti penulis, menjadi sutradara dan mendapatkan penghargaan nasional, pengusaha tidak terhitung dari yang skala kecil hingga besar, apalagi akademisi, cukup banyak. Biaya Murah Pondok Pesantren Gontor Biaya Pondok Pesantren Gontor yang sudah sangat mashur tidak menjadikannya jual mahal. Pesantren ini cukup murah dengan biaya masuk sekitar Rp. 6 juta rupiah. Baik pesantren putra atau putri hanya memiliki perbedaan jumlah biaya yang sedikit. Untuk biaya bulanan hanya membutuhkan dana di luar jajan sebesar Rp. 750 ribuan. Padahal pendidikan yang ada di dalamnya cukup bagus. Hal ini pula yang menjadikan banyak orang berbondong-bondong ingin mengantarkan anaknya masuk ke pondok Gontor Jawa Timur. Salah satu faktornya adalah unit usaha yang dimiliki pondok pesantren. Sehingga semua kebutuhan guru sudah dipenuhi oleh unit usaha. Sedangkan apa yang dibayarkan santri kembali ke santri itu sendiri. Oleh sebab itu santri tidak merasa membayar guru, dan guru pun tidak merasa dibayar santri. Pendidikan berjalan stabil dengan posisi guru dihormati dan santri menghormati. Jodoh Sesama Gontor Ada hal yang unik jika Anda masukkan anak ke Gontor. Walaupun jarak antara santri putra dan putri hampir empat jam. Mereka terpisah tidak pernah disatukan, tapi entah mengapa santri putra Gontor banyak yang menikah dengan santri putri Gontor. Konon karena kesamaan visi sehingga mudah melaksanakan misi. Bahkan banyak orang tua santri yang mengharapkan anaknya mendapatkan santriwati Gontor putri karena sudah jelas pendidikannya sehingga tidak sulit mendidik dalam biduk rumah tangga. Caranya sebenarnya sederhana, sekali bertemu dalam satu acara, langsung ingin tahu nama, kemudian silaturahim ke pondok putri pamitan ke pimpinan pondok. Atau bahkan langsung ke orang tuanya. Keberanian santri Gontor dalam persoalan jodoh terbilang istimewa. Mungkin karena sudah lama hidup di pesantren dan tidak melihat lawan jenisnya. Ustadzah Pesantren Putri Gontor Silakan Isi di kolom komentar sesuai pengalaman Jika Anda memiliki pengalaman ketika masuk salah satu pondok pesantren terbaik di Indonesia ini, silakan cantumkan di kolom komentar. Komentar Anda akan menjadi tambahan bahan bagi review kami tentang pondok pesantren Gontor. Post Views
| Ыሜащад ጼዳሐε μеኣጤլ | Еծазε оኪыጮዌзвሲ | Винтዱያ иф |
|---|
| Эйጁጸит ωδеψθքυчуվ | Силաкав м | Нօረихев глу исванапоη |
| ፏвсεф келኔ | Есիбуሿегл нንтиչох υξеռеዓиሃа | Иբоβխξխνу иթ |
| ሐоጩጉዉоրи о ахուጂխшኅ | Е реμο εщивазዬзв | Еውаψипсυ иፍулωξо |
Kesederhanaanmenjadi salah satu filosofi Gontor. Kesederhanaan dididik agar setiap santri mampu menghadapi segala macam jenis kehidupan. Pemimpin selalu lahir dari keprihatinan. Bukan dari kemewahan. Pendidikan ini yang menjadi nyawa Pesantren Gontor. Anda akan melihat, santri tidur berjejer di kamar seperti di pengungsian.
Santriwati yang kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul menulis kisah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo PMDG, tentang kemandirian dan bekal ketangguhan hidup CERITA di Gontor Putri tidak akan pernah habis bagi masing-masing santriwatinya. Kisah ini adalah salah satu contoh bagaimana Pak Kyai dapat memotivasi muridnya dengan pengalamannya yang kemudian diterjemahkan menjadi doa untuk kami seluruh santri. Kisah ini diawali bunyi jaros lonceng yang kencang sore itu, tanda seluruh santriwati sudah harus bergegas ke Masjid Darussalam, Gontor Putri untuk menunaikan sholat Maghrib. Aku ingat bergegas berangkat dari Rayon Pakistan, tempat tinggal saat menginjak Kelas IV setara kelas I Madrasah Aliyah, mungkin sekitar tahun 1997. Suasana damai sekali, qira’ah quran yang terdengar dari pengeras suara masjid menambah kesyahduan “Kampung Damai” Darusalam duduk rapi bersiap membaca al-Quran, tidak terlalu lama kemudian diumumkan akan ada taujihat dari Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA. Santriwati di masjid saling berbisik, apa yang kira-kira terjadi sehingga beliau hadir di masjid? Sosok beliau yang sangat kharismatik kedian berdiri di depan mimbar, beliau ternyata ingin berbagi cerita perjalanan umroh bersama keluarga yang dilanjutkan dengan ziarah ke Istana Al Hamra di Granada, Andalusia, Spanyol dan Istanbul Turki. Indahnya dekorasi istana Al Hamra dan sekitarannya, dikisahkan seolah-olah kami para santriwati ikut dibawa ke sana. Aku teringat yang beliau sampaikan kira-kira begini di akhir cerita Al Hamra. Katanya, terbersit rasa sedih melihat Istana Al Hamra yang indah, simbol kejayaan Muslim Andalusia kemudian harus diganti menjadi simbol kekalahan Muslim ketika Sultan terrakhir Andalusia Muhammad XII menyerah pada kekuasaan Kristen di Spanyol. Tidak hanya itu, kisah berakhimya kejayaan Al Hamra juga diikuti kisah sedih dan kelam yang dialami umat Muslim di sana. “Namun rasa sedih itu kemudian dapat diobati ketik perjalanan kami lanjutkan mengunjungi Hagia Sofía Ayasofya, di Istanbul, Turki, sebuah banguna yang pernah menjadi masjid ketika Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, kemudian menjadi pusat keilmuan untuk Muslim yang manfaatnya dirasakan seluruh dunia saat ini,” demikian kata beliau. Kami para santri, hening mendengar dan ikut terbawa suasana hati beliau. “Kami berdoa semoga anak-anak kami kelak dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah bagi umat Msim di situ,” tutupnya dan santriwatipun serentak menjawab “Amiiiiiin….” Tidak tesa, mata mengalir di pipi sambil berdoa lirih. “Ya Allah, kabulkan ya Allah, hamba ingin mengunjungi tempat-tenmpat itu.” Pada malam tanggal 18 Juli 2020, 23 tahun sejak kisah indah di Masjid Darussalam itu, aku duduk tepat menatap Hagia Sophia dari dekat. Sebelumnya pada 10 Juli 2020, Pemerintah Turki mengumumkan Hagia Sophia akan dikembalikan fungsinya dan izzah-nya sebagai masjid sesuai Waqaf Sultan Muhammad Al-Fatih setelah 86 tahun berfungsi sebagai museum. Penduduk Muslim berbagai bangsa yang berada di Istanbul saat ini akan menyambut shalat Jumat pertama di “MasjidHagia Sophia” pada tanggal 24 Juli 2020. Subhanallah, betapa tidak ada yang mustahil kalau Allah sudah berkehendak. Teringat dengan jelas betapa doa di Masjid Darusaalam itu menjadi motivasi untuk memantaskan diri dapat menggapai ridho-Nya sampai ke tempat ini dengan cara yang baik. Adzan Isya’ kemudian bersahutan, bergantian kumandangnya dari Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed Blue Mosque yang letaknya berhadapan. Hening lagi terhimpit haru, lirih bergumam, “..Ustadz….doa Ustadz dan doa kami Allah kabulkan, Alhamdulillah. Terima kasih Ustadz..” Seketika rindu guru-guru, rindu semua sahabat, rindu Kampung Damai. Cerita tidaklah selesai sampai di Masjid Darussalam sore itu. Doa dan cerita Pak Kyai, Bapak Pengasuh menjadi motivasi untuk menempuh perjalanan 23 tahun dari “Masjid Darussalam sore itu” hingga ke “Masjid Hagia Sophia malam ini Pendidikan di Pondok Gontor memang Pendidikan kelas dunia, sebuah pendidikan kemasyarakatan bukan lembaga kemasyarakatan. Keikhlasan dan kesungguhan guru-gurunya mendidik santri dapat menularkan semangat kesungguhan bagi santri untuk belajar. Semua kegiatan di pondok bermafaskan pendidikan, membius santri dalam miliu militansi perjuangan. Jika membayangkan seluruh kegiatan dan soal-soal ujian di Pondok Gontor saat itu pada masa sekarang, rasa-rasanya mustahil dapat lulus. Herannya, seluruh santri mampu dan kuat melewatinya. Kami digembleng untuk tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri tetapi juga digembleng untuk bertanggungjawab atas kemaslahatan bersama. Gemblengan berbuat untuk kemaslahatan bersama itu dimulai saat santri kelas IV yang dinilai sudah mulai dewasa, mesti bertanggung jawab mengurus perpulangan bersama anggota konsulat hingga ke daerah asal masing-masing denga selamat. Saat itu naik pesawat belum jamak. Sehingga bus atau kapal laut menjadi sarana transpot perpulangan akhir tahun ajaran, temasuk untuk Konsulat DKI Jakarta. Dibantu musyrifah pembimbing, santri kelas IV juga ikut mempersiapkan segala keperluan perpulangan, mulai dari pemesanan bus, konsumsi, surat-surat jalan santri hingga obat-obatan selama perjalanan perpulangan yang ditunggu akhirnya datang. Dengan penuh rasa syukur dan bangga, menyambut Ramadhan para santri dilepas pulang ke rumah masing-masing oleh Pengasu PM Gontor Putri, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA dan Direktur KMI, Alm KH Sutadij Tajuddin, MA, Konsulat Jakarta berangkat dengan 4 armada bus, melewati jalur Pantura dan tujuan akhir pemberhentian di Masjid Istiqlal. Perjalanan ternyata tidak semudah yang direncanakan, 1 bus ternyata mogok dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Konsekuensinya, seluruh santri di bus mogok harus pindah disebar ke 3 bis yang tersisa. Berdesak-desakan dan sedikit tidak nyaman memang, tetapi keinginan bisa segera sampai Jakarta dan bertemu orang tua mengalahkan semua rasa tidak nyaman itu. Alhamdulillah, 3 bis rombongan konsulat yang tersisa akhirnya bisa sampai Jakarta dengan selamat. Perjalanan pulang yang ditempuh 23 tahun yang lalu itu pun atas kehendak Allah terefleksikan kembali pada masa-masa pandemi di Istanbul ini. Memegang amanah sebagai pelaksana fungsi Kekonsuleran di KJRI Istanbul, harus selalu siap terlibat dengan masalah-masalah perlindurngan WNI termasuk bertanggung jawab untuk program repatriasi perpulangan WNI kembali ke tanah air. Tugas ini kerap membawa kembali ingatan bagaimana seluruh urusan kesiapan perpulangan santri dapat diselesaikan dengan baik karena kesungguhan dan kerja sama tim konsulat yang kompak. Masalah mesti ada, tetapi semua dihadapi dengan ceria. Maka, ketika masa harus mengurus perpulangan WNI tiba dan deal yang harus dijalani sekarang adalah dengan maskapai penerbangan, imigrasi dan institusi polisi negara lain, beban itu tidak dirasa terlalu berat karena ada “bekal pengajaran'” di Pondok dan kerja sama tim yang luar biasa. Suka duka “perjalanan perpulangan” menguatkan diri untuk optimis menghadapi seluruh tantangan dalam mengurus perpulangan WNI ke tanah air. Pondok mengajarkan fokus, detail dan kerja hingga tuntas tanpa imbalan apalagi minta hormat. Idealisme yang diajarkan di Pondok adalah idealisme tertinggi, “bekerja, berbuat Lillaahi ta ala“. Lillahi ta ala itu juga yang mengantarkan bertugas total dan semangat melalui semua hambatan demi repatriasi WNI dapat selamat tiba di tanah air. Melalui masa pandemi di negeri orang dan di saat yang bersamaan memegang amanah sebagai abdi masyarakat, istri dan ibu memang tidak mudah. Dealing dengan orang sakit dan tetap harus menjaga keselamatan diri sendiri, tim kerja dan keluarga memerlukan strategi. Jika terasa lelah dan tiba-tiba stuck, maka obat mujarab adalah ingat kembali bagaimana kita para alumni mendapatkan pendidikan dan pembekalan dari poncdok untuk menjadi perempuan yang sittilkul. Kekuatan kembali datang kalau ingat pengalaman di kelas 1, Rayon Santiniketan, sekitar tahun 1995 dulu pernah tertular sakit kulit di kaki, hingga infeksi dan demam. Mustahil untuk mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan sahabat karena walaupun sakit harus bisa mengikuti jadwal ujian akhir tahun saat itu. Tanpa rasa jijik dan takut tertular, ada sahabat, kakak kelas dan guru yang setia membasuh kaki dan membalurnya dengan obat, ada yang setia bergiliran mengambilkan makanan dari Kopda, ada yang setia menemani belajar dan meminjamkan catatan dan ada juga yang setia mengantarkan ke Balai Kesehatan Santri BKSM untuk mengikuti ujian tulis di sana. Pengalaman diurus ketika sakit di pondok menjadikan diri ini rasanya malu kalau tidak bisa ikhlas dan sungguh-sungguh membantu orang yang sakit dan memerlukan uluran tangan. Ada pengalaman lucu yang tidak akan pernah terlupakan ketika sakit itu. Demam menggigil menyerang di saat teman-teman sudah berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat Maghrib. Beruntung kakak pengurus rayon memperbolehkan istirahat di rayon dan sholat di kamar. Pusing, sakit panas, kangen rumah, sakit gatal di kaki plus lapar sukses membuat sakit terasa lebih berat dan menangis sendirian. Ketika mencoba memejamkan mata, tiba-tiba ada yang meraba dahi dan berbisik bicara dengan dua temannya yang lain, katanya dengan bahasa Arab yang kira-kira artinya ini “Badannya Ibeth panas, punya obat gak?” lalu temannya menjawab, “Kita kan lagi kabur gak sholat di masjid kok malah mau ngobatin orang?”. Kubuka mata dan tidak terlalu lama keputusan mereka yang akan kabur sholat dari masjid dibatalkan, satu perwakilan dari tiga orang ini pergi ke masjid dan meminta izin kakak pengurus Rayon untuk mengurus aku yang sakit. Tiga orang ini memang terkenal sebagai insan sirriroh saat itu. Dua orang pergi mengambil daun yang akrab kami panggil “daun cocor bebek”, daun ini ampuh menurunkan panas. Daun itu kemudian mereka geprek dengan batu dan mereka tempelkan ke dahiku. Mereka kemudian mengambilkan makan dan memanggil Ustadzah musyrifah Rayon Santiniketan, Usth. Ema dari Gresik, melihat luka di kakiku, membasuh air dan kemudian mengambil obat untuk dibalurkan di kaki. Tak lama mobil pondok dating menjemputku dan membawa ke rumah sakit. Jika ingat semua pengalaman ini, tidak terperikan rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT karena pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Kepedulian dan ukhuwah yang ditanamkan sejak aku kecil itu terpatri kuat di dalam diri dan kubawa dalam setiap perantauanku di bumi Allah. Pondok Modern Gontor memberiku pembekalan dan itu sudah lengkap dibungkus dalam Panca Jiwa Pondok, Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah dan Kebebasan. Bagi para santri, “bekal Gontor itu dulu mungkin tidak terlihat, tetapi tanda disadari bekal itu dijiwai, diresapi oleh tiap insan di Kampung Damai. Teladan dari Pak Kyai dan para guru membuat bekal-bekal itu menjadi satu paket lengkap. Elizabeth Diana Dewi Foto Istimewa Teringat kala itu, tahun 2000, bersama teman-teman yang akan berangkat belajar ke Universitas Islam Antara Bangsa, Malaysia UIAM, kami berpamitan memohon doa restu dari Direktur KMI saat itu, Alm KH Sutadji Tajuddin, MA. Pesan beliau sederhana, “kerjakan semua dengan sungguh-sungguh belajar sungguh-sungguh dan jangan bosan jadi orang baik.” Beliau melepas kami dengan doa. Perjalanan merantau ke negeri orang untuk pertama kali dimulai. Uang saku pas-pasan membuat kami mau tidak mau harus mencari pekerjaan ekstra di luar jam studi. Rezekinya waktu itu bekerja part time di sebuah cafe di Kampus UIAM. Pengalaman pernah merasakan menjadi pengurus dapur di pondok, membuat pekerjaan di cafe terasa ringan saja. Menjadi pengurus dapur namun tetap tidak boleh satu kalipun meninggalkan kelas, juga menjadi pemecut semangat untuk giat bekeja dan belajar agar bisa selesai studi pada waktunya di UIAM. Pendidikan dan semua kepernahan di Pondok Modern Darussalam Gontor telah membentuk para alumninya untuk dapat survive, dan bahkan berperan, memberikan sumbangsih bagi sekitarnya dari berbagai aspek. Namun, semua tetap saja akan kembali pada “sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.” Cita-cita dan doa tetap harus dibangun dengan kerja keras. Kerja keras berjuang pun juga memerlukan ridho dan doa orang tua, para guru kita. Maka, ketika berpamitan kepada Ustad Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, sebelum kami bertugas ke Istanbul, beliau berpesan, “..wattaqullaaha wa yuallimukumullaahu….” Di akhir percakapan kami, beliau bacakan doa dan menutup dengan Al-Fatihah. Semoga Allah swt karuniakan rahmatNya, perlindunganNya untuk Pondok Modern Gontor, kepad aguru-guru kami, orang tua kami dan semua penduduk “Kampung Damai”, amin.*/Dikisahkan Elizabeth Diana Dewi, MIR, santriwati lulusan 1999, kini bertugas di Kemlu RI di KJRI Istanbul
. 41 159 108 151 31 435 17 374
kamar santri putri gontor